Ririn Choyin

Banner 468

,
Facebook
RSS

USUAIA - KOTA UJUNG DUNIA






[ Read More ]

MIXED


Ada keanehan yang menyembul keluar dan kini menguasai pikiranku, yang membuat aku berjarak dengan diriku sendiri dan memunculkan satu tanya: “Mengapa kulakukan ini?”

Keanehan lainnya menyusul, yakni jawaban muncul dengan sendirinya tanpa proses berpikir: “Memang ini jalannya.” Itukah yang dinamakan firasat? Menahun sudah aku tahu, hari ini akan tiba. Tapi bagaimana bisa pernah kujelaskan?



Aku tidak tahu cinta punya berapa macam varian. Kau harus bertanya langsung pada hatiku, karena dialah yang satu hari menutup dan mengucap: “Cukup.” Dia yang berkata: “Aku tidak lagi jatuh, jalan ini sudah jadi jalan lurus. Teruskan maka aku mati, karena takdirku adalah jatuh. Bukan berjalan di setapak datar apalagi mendaki.”

Hati adalah air, aku lantas menyimpulkan. Baru menggulir dari tempat tempat tinggi ke tempat lebih rendah. Ada gravitasi yang secara ilmiah menggiringnya. Dan jika peristiwa jatuh hati diumpakan air terjun, maka bersamamu aku sudah merasakan terjun, jumpalitan, lompat indah. Berkali-kali. Namun kanal hidup membawa aliran itu ke sebuah tempat datar, dan hatiku berhenti mengalir. Siapa yang mengatur itu? Aku pun tak tahu. Barangkali kita berdua, tanpa kita sadari. Barangkali hidup itu sendiri, sehingga sia-sia menyalahkan siapa-siapa.

Aku ingin mengalir. Hatiku belum mau mati. Aliran ini harus kembali memecah dua agar kita sama-sama bergerak.

Kendati bersamamu senyaman berselimut pada saat hujan. Aku aman. Namun aku mengerontang kekeringan. Dan kini kutersadar, aku butuh hujan itu. Lebih dari apapun..



Inilah keindahan yang kumaksud. Kejujuran tanpa suara yang tak menyisakan ruang untuk dusta. Sakit ini tak terobati dan bukan untuk diobati. Dan itu juga keindahan yang kumaksud. Rasakan semua, demikian pinta sang hati. Amarah atau asmara, kasih atau pedih, segalanya indah jika memang tepat pada waktunya. Dan inilah hatiku, pada dini hari yang hening. Bening. Apa adanya.


“Cerita ini serupa namun tak sama. Dan terkait masa depan ataupun hal-hal yang belum terjadi, biarkanlah waktu yang menuliskannya.” (Belum memiliki halaman).


Dee


[ Read More ]

My Alien....

Tuhan...
Bolehkah aku bahagia??

Tanggal 10 Desember 2010
aku berkata kepada seorang pria "Bolehkah aku berharap padamu?"
aku sadar untuk pertama kalinya aku meminta sebuah harapan yang sangat besar kepada pria aneh yang baru 2 minggu aku kenal,
pria Alien yang diam-diam mencuri perhatianku, pria kurang waras yang tiba-tiba memintaku untuk menjadi kekasihnya .
Dan untuk pertama kalinya aku sadar aku waras, ketika aku menerimanya dan mencoba mengenal hatinnya.
harapan yang telah 5 tahun mengendap tiba-tiba samar lalu aku muntahkan dan tak ingin lagi aku telan bulat-bulat.
Harapan 5 tahun yang telah sekarat oleh virus telah mati suri, tapi kini telah ada penawarnya.
memorinya telah siap di instal ulang dan telah direfisi.
Terimakasi tuhan, aku akan melangkah dengan harapan yang baru.
Dan untuk kali ini tuhan, aku mohon izinkan aku bahagia.

aku ingat pada tanggal 24 Februari 2006
telah terukir janji terhadap diriku sendiri.
Apapun yang terjadi, Apapun yang terlewati, aku akan tetap mencintainya.
Sejauh apapun dia berlari, setinggi apapun dia terbang, aku akan tetap disini menunggunya.
Tapi tuhan... sekali lagi untuk kali ini, maaf aku harus mengingkari janji itu.
maaf aku harus mencampakkan harapan itu jauh ke dalam jurang luka yang telah dia gores untukku.
ya, telah 5 tahun janji itu berlalu dan selama itu juga aku mencoba untuk selalu mencintainya.
entah dia ada, dia hilang, atau dia hanya sebatas fatamorgana.... aku tidak pernah mengeluh apa-apa.
hanya satu yang selalu aku minta agar dia ada, itu saja. tapi sungguh itu harapan yang sangat besar dan tidak mungkin.
aku selalu mencintainya, hanya dia, dan hanya engkau yang tau seberapa besar cinta ini untuknya.
tapi semua nya berubah... ketika waktu perlahan berubah, keaadaan ikut berubah dan dia-pun berubah.
semuanya berbeda ketika aku ditampar oleh harapan raksasa itu dan aku terlempar hingga pingsan lantas tepar
ketika aku sadar setelah siuman, tubuh ku terasa ringan. iya...apa ini berarti aku telah benar-bennar rela melepasnya?
Wow, mungkin ini pertanda benar karena gejalanya mulai terasa, yaa ada sebagian dalam diriku yang ikut lepas.
tubuh ini terasa ringan, dan aku ingin sekali menari dan berlari sesukaku.

tuhan, aku mencintai pria yang ada disampingku sekarang, benar-benar mencintainya!!
aku tau tuhan, engkau telah menuntun pria alien itu untuk menemukan ku.
engkau menuntun nya melewati beberapa lintasan tatasurya.
dia berjuang melewati palnet2, menembus bulan, menabrak bintang, menentang matahari dan seringkali iya terbawa arus orbit yang tak jelas.
sempat beberapa kali ia tersesat, kepananasan, kedinginan, terjatuh, terluka dan sakit.
tapi, karena pria alien itu yang terpilih. maka engkau telah mengatur pertemuan aku dengan nya.
Saat itu dia melihat ke arahku tepat ketika ada berdiri ditepi jurang batinku.
Dia berhasil menahanku yang ingin terjun bebas menuju palung jiwa yg telah remuk itu.
dia mengajari aku tersenyum setelah sekian lama aku menangis,
dia memperlihatkan apa itu cinta setelah sekian lama aku menutup mata dan telinga.
dia menunjukan apa itu peduli setelah sekian lama aku menutup diri-acuh tak peduli.
dia membuat aku terbata, persis seperti bocah yang tak tahu apa-apa
dia menuntunku, dia menjagaku, dia memanjakanku, tapi kadang dia memarahiku,
kadang ada saatnya cerita bahagia menjadi duka, ketika badai itu menerpa dan planet-planet pun murka.
kita menjadi sama-sama egois, sama-sama keras kepala, dan sama-sama tak mau kalah.
ada rasa cemburu, rasa sedih, rasa lelah dan rasa benci.
apapun itu... yang aku tau, aku mencintainya dan dengan utuh aku mengharapkan nya.
tuhaan... aku hanya ingin membuatnya bahagia dan selalu ada untuknya...
semoga di masadepan kita aku dan pria alien akan tetap bersama.
tolong berikan dia kebahagiaan tuhan...
karena jika dia bahagia, akupun akan bahagia...
maka, izinkan aku bahagia tuhan.... Amiiin!!!

[ Read More ]