Saya menatap dinding kamar kosan saya yang berdiri kokoh namun pasrah… warna-nya yang putih polos tanpa noda dan dosa. Ya… tentu saja, dinding tidak pernah melakukan tindakan kriminal, dinding tidak pernah melakukan tindakan kejahatan maupun kelakuan menyimpang! walau dinding sering sekali menyaksikan peristiwa itu di kehidupan sosial─Tapi ia hanya bisa bungkam! yaa, dinding selalu menjadi sosok yang berada di belakang layar, namun ia selalu tau apapun kejadian pada setiap ruangan. Ia hafal setiap adegan. Dan ingat akan setiap pembicaraan. Jangan salah kawan, Ia punya mata dan telinga─ia bisa mendeteksi tanpa harus terdeteksi. Namun sayang, ia tidak punya tangan dan kaki, karna itulah ia dinamakan dinding. Benda diam yang digunakan untuk pembatas ruangan. Benda diam yang selalu di acuhkan orang─tak dianggap dan jarang diperhatikan. Ya, kembali ke persoalan semula, tentang dinding putih kosan saya─sahabat baru saya─pendengar setia─tempat sandaran saya .
Kawan, andai kalian tau-saya dan dinding putih kamar kosan saya, baru saja berteman selama 6 bulan sejak saya hijrah ke Bandung. Mungkin Ia Belum benar-benar mengenal diri saya─belum pernah sekalipun ia saya corat-coret. Tapi saya sempat beberapakali bercerita kepadanya. Mungkin ia sempat bingung mendengar cerita saya─walaupun begitu saya tau ia selalu ingin mendengarkan saya bercerita dan menjelaskan cerita saya─agar ia paham seluk beluk diri saya.
Pernah dinding putih bertanya kepada saya. “Apa yg paling kamu rindukan?” saya-pun menjawab “ dinding kamar di RUMAH saya─di Padang kota saya tercinta. Ya, saya benar-benar merindukan dinding kamar saya yang telah mengenal saya sejak kecil─sejak saya belajar menulis─mencoret-coret si dinding menulis angka 1-100─Mengukir huruf A-Z, mengeja nama saya, nama orang tua saya, nama teman-teman saya dan mencorat-coret tentang apapun yg saya ketahui ─melukis gambar gunung, pohon, jalan, matahari, bintang dan bulan sabit.
Dulu dinding kamar saya juga berwarna putih. Walau Selalu saja saya corat-coret, tp si dinding tidak pernah protes apalagi marah─dia selalu menjadi sahabat baik saya. Dan ketika saya beranjak remaja─saya benisiatif men-cat sendiri diding kamar dgn warna kesukaan saya. Tapi tunggu dulu warna kesukaan saya HITAM dan apa adil jika saya men-cat dinding saya dengan warna HITAM?? Saya tidak bisa membanyagkan reaksi kedua orang tua saya jika saya ajukan proposal tentang permintaan cat kamar yang berwarna HITAM.
Terang saja, ayah saya menolak tegas dan berkata lembut “selama ini ayah men-cat kamarmu berwarna putih dan kamu selalu mencorat-coretnya ayah tidak pernah melarangmu, ayah tidak pernah memarahimu kan nak?? Bahkan dengan senang hati ayah men-cat kan kembali dindingmu agar tetap berwarna putih dan bersih. Tapi jika sekarang kamu meminta agar ayah men-cat dinding kamarmu berwarna HITAM, ayah benar-benar tidak bisa mengabulkan permintaanmu yang satu ini. Apa kamu tega membiarkan dinding yang slama ini menemanimu di kamar menjadi suram?? Dan pastinya kamu tidak bisa lagi mencorat-coret dinding kamarmu jika warnanya HITAM. Tp ayah cukup mengerti jika kamu ingin perubahan, besok ayah belikan 3 warna cat sekaligus biar kamu senang dan tolong jangan HITAM karna masih ada warna merah-kuning-hijau yang pantas melapisi dinding kamar mu itu…
simsalabiimm abbrakadabbraa… ternyata ayah benar-benar mengubah dinding kamar saya berwarna merah-kuning-jihau─warna pelangi. yaa…saat itu saya sadar dinding kamar saya terlihat sangat indah─saya merasa menjadi tuan putri di kamar saya sendiri. Dan saya berharap hidup saya penuh warna─Mungkin begitu juga harapan ayah saya. Ya…. Saya mulai belajar mengenal warna. Tidak hanya HITAM dan PUTIH, tapi masih ada merah-kuning-hijau-biru-unggu-jingga-violet-coklat-dan abu-abu. Saya juga mulai mengenal cinta─saya mencoret diding dengan menulis nama cinta pertama saya─menulis puisi─menggambar tokoh komik─mencoretnya bukan asal-asalan seperti ketika saya masih kecil, tapi menggunakan graffiti dan tulisan terbaik saya─tentu saja berwarna agar dinding kamar saya tetap tersenyum ketika saya coret.
Tapi sekarang dinding dikamar kosan saya barwarna PUTIH, kembali lagi seperti warna dinding saya semula…. Kali ini Saya tidak tega mencoretnya. Walupun ia sering berkata “jika kamu kehabisan kertas… masih ada saya yang rela untuk dicorat-coret dengan tulisan mu itu. jadi jangan pernah takut sahabatku─saya slalu disini mendengarkan ceritamu─menerima tulisan-tulisanmu yang baik maupun buruk─menutup mata jika kamu tidak ingin dilihat─menutup telinga saat kamu ingin berteriak namun tak ingin didengar.saya tidak akan kemana-mana! saya salalu disini─berdiri kokoh untuk mu bersandar.
Categories: